TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG "viharagirisantiloka.blogspot.com", Semoga Blog ini bermanfaat untuk orang banyak,.... JANGAN BOSAN-BOSAN YA,.. DI TUNGGU KEDATANGANNYA KEMBALI :)
Untuk memudahkan Sahabat membaca artikel-artikel dan update selalu dari blog Viharagirisantiloka.
kini telah hadir digengamanmu, sebuah aplikasi Viharagirisantiloka diandroid,. 
Sahabat bisa langsung Download GRATISSSSS 

DOWNLOAD

Senin, 01 Februari 2016

Perlunya Membalas Jasa Orang Tua

Membalas Budi Orang Tua

"Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang. Apakah yang dua itu? Ibu dan ayah"
Bahkan seandainya saja seseorang memikul ibunya ke mana-mana di satu bahunya dan memikul ayahnya di bahu yang lain, dan ketika melakukan ini dia hidup seratus tahun, mencapai usia seratus tahun; dan seandainya saja dia melayani ibu dan ayahnya dengan meminyaki mereka, memijit, memandikan, dan menggosok kaki tangan mereka, serta membersihkan kotoran mereka di sana bahkan perbuatan itupun belum cukup, dia belum dapat membalas budi ibu dan ayahnya.

Bahkan seandainya saja dia mengangkat orang tuanya sebagai raja dan penguasa besar di bumi ini, yang sangat kaya dalam tujuh macam harta, dia belum berbuat cukup untuk mereka, dia belum dapat membalas budi mereka. Apakah alasan untuk hal ini? Orang tua berbuat banyak untuk anak mereka: mereka membesarkannya, memberi makan dan membimbingnya melalui dunia ini.

Tetapi, O para bhikkhu, seseorang yang mendorong orang tuanya yang tadinya tidak percaya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam keyakinan; yang mendorong orang tuanya yang tadinya tidak bermoral, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam moralitas; yang mendorong orang tuanya yang tadinya kikir, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kedermawanan; yang mendorong orang tuanya yang tadinya bodoh batinnya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kebijaksanaan – orang seperti itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup untuk ibu dan ayahnya: dia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi atas apa yang telah mereka lakukan.

(II, iv, 2)

Read more »

Derita dari Dendam

Dendam Membawa Penderitaan ( Sebuah Renungan )

Dendam yang tertumpuk lama dan mengendap akan membuat hati Anda membusuk dan memberatkan hidup Anda. Mari belajar dari anak-anak ini.

Di sebuah sekolah dasar, seorang guru akan memberi pelajaran motivasi dengan praktik langsung. Guru tersebut meminta murid-muridnya menuliskan nama orang-orang yang pernah jahat dan menyakiti mereka. Kemudian, sang guru meminta murid-muridnya mencoret nama-nama yang telah mereka maafkan. Sedangkan nama-nama yang belum dimaafkan akan ditulis pada apel hijau yang harus mereka bawa keesokan harinya.

Sang guru meminta murid-murid menuliskan satu nama orang yang belum mereka maafkan pada satu apel. Ternyata ada banyak nama yang mereka tulis. Masing-masing murid harus membawa sendiri sejumlah apel tersebut dalam plastik. Mereka harus membawanya kemanapun mereka pergi selama berhari-hari. Jika mereka kesal dengan seseorang dan belum memaafkan, mereka harus menulis lagi pada apel lain dan membawanya. Begitu terus setiap hari.

Semakin hari, apel terasa semakin berat. Murid-murid mulai merasa capek harus membawa kantong-kantong itu, bahkan saat mereka tidur. Mereka jadi susah bermain, susah mengerjakan PR dan melakukan aktivitas lain. Hingga pada akhirnya, apel-apel mulai busuk dan mengeluarkan bau yang tidak enak. Akhirnya mereka protes kepada sang guru yang memberi tugas aneh tersebut.

Sang guru tersenyum lalu menjelaskan, “Anggaplah apel-apel itu sebagai dendam yang kalian tumpuk karena tidak memaafkan seseorang. Semakin banyak dendam yang kalian tumpuk, semakin berat hati kalian untuk melihat kebaikan orang lain dan menikmati kebahagiaan.”

Para murid mendengarkan dengan antusias.“Yang harus kalian lakukan pada apel-apel itu.. buanglah! Tidak ada gunanya menyimpan dendam. Coba nikmati perasaan setelah kalian membuang apel-apel dendam itu, kalian akan lebih ceria dan bahagia,” ujar sang guru.

Akhirnya anak-anak itu mengerti. Mereka pelan-pelan mulai belajar memaafkan orang lain. Memaafkan dengan tulus agar hati mereka tetap terjaga dari prasangka buruk. Satu persatu apel busuk dibuang. Satu persatu murid mulai menikmati kebahagiaan tanpa dendam.

***
Dendam tidak akan memberi manfaat apapun, Anda hanya akan menyakiti diri sendiri. Lepaskan dendam Anda karena hati Anda akan lebih terbuka untuk melihat kebahagiaan yang ada.

Sumber : SL Books
Sumber Gambar : Facebook Dhamma Kehidupan

Read more »